Rabu, 15 Juni 2022

Koneksi Antar Materi Modul 1.2

Sejak megikuti seleksi guru penggerak diawal pendaftaran, saya bertekad untuk menggali ilmu dan mengembangkan kempetensi saya didunia pendidikan. Tidak terasa saat ini sudah menginjak di modul 1.2. Berikut ini uraian tentang koneksi antar materi yang sudah dipelajari di modul 1.1 dan modul 1.2

 

Peristiwa

Saat yang paling berkesan dan penting bagi saya adalah ketika mempelajari peran-peran guru penggerak serta contoh implementasinya di sekolah. Yang dapat saya simpulkan sebagai koneksi antar materi modul 1.1 dan 1.2 adalah sebagai pemimpin pembelajaran, guru penggerak harus bisa memberikan pembelajaran yang berpihak pada murid, dalam arti guru harus memperhatikan kodrat anak serta keunikannya yang beda satu sama lain. Guru tidak bisa membelenggu anak dengan memberikan tugas yang dilakukan dengan cara yang sama kepada semua anak, sebab hal demikian hanya akan membelenggu kreatifitas mereka. Karena sejatinya guru hanyalah menuntun sagala kodrat anak sehingga anak bisa mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia dan juga sebagai anggota masyarakat.

Perasaan

Ketika mempelajari peran-peran guru penggerak, saya merasa termotivasi untuk mengaplikasikan peran saya sebagai guru penggerak di komunitas sekolah saya.

Pembelajaran

Sebelum memahai tentang peran guru penggerak, saya merasa bingung bagaimana cara penerapan proses menuntun anak. Namun sekarang setelah mempelajari modul 1.2 saya jadi bisa memahami bahwa seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus berpusat pada murid, menghamba pada murid, dalam arti memprioritaskan kepentingan murid. Guru harus bisa memenganalisis kebutuhan murid yang berbeda sehingga bisa memberikan solusi yang tepat sesuai kebutuhannya.

Penerapan ke depan (rencana)

Untuk rencana penerapan ke depan sebagai penguatan dari nilai dan peran saya sebagai guru penggerak adalah dengan membuat daftar kebutuhan murid berdasarkan diagnosa awal. Kemudian berdasarkan daftar kebutuhan murid tersebut, saya memetakannya untuk bisa ditindaklanjuti, seperti misalnya murid yang memiliki kekurangan atau keterbatasan penglihatan ditempatkan di depan, begitupun murid yang memiliki kelebihan energi. Dengan mengatur posisi duduk anak, kebutuhan pada kenyamanan kelas bisa terpenuhi sehingga mereka bisa belajar dengan nyaman dan senang. Kemudian pembelajaran akan saya berikan dengan mengupayakan keberpihakan pada murid. Seperti misalnya memberikan pemahaman materi tidak hanya berupa ceramah saja tapi harus diberikan melalui berbagai media belajar, seperti audio, visual, ataupun permainan. Dengan begitu anak bisa maksimal memahami materi ajar sesuai dengan cara nyaman mereka. Selain hal itu, saya akan mengajak guru lain untuk berkolaborasi melakukan lesson study, yang mana guru lain akan mengamati selama pembelajaran, untuk kemudian memberikan saran dan masukan terkait strategi dan metode ajar yang diterapkan.

Harapan besar saya, bisa memaksimalkan peran saya sebagai guru penggerak di komunitas saya. Agar pendidikan bisa berjalan dengan baik sehingga bisa menumbuhkan manusia yang berbudaya.

Senin, 13 Juni 2022

FILOSOFI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

 



Gambar karikatur diatas merupakan cerminan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara tentang seorang pendidik. Ki Hajar Dewantara mendefinisikan seorang pendidik seperti seorang petani yang bercocok tanam dengan beraneka tanaman yang memiliki karakteristik yang berbeda. Seorang petani akan memperlakukan tanamannya sesuai dengan karakternya. Tanaman cabai akan diberikan pupuk yang sesuai untuk cabai, begitupun untuk tanaman mentimun, terong dan yang lainnya. Petani tidak akan memaksakan mentimun untuk bisa tumbuh dan berbuah dengan menerima pupuk yang sebenarnya untuk cabai, begitupun sebaliknya.
Seorang pendidik seyogianya mempertimbangkan bahwa anak memiliki kodratnya serta keunikan sendiri yang berbeda, bahkan dengan saudara kembarnya sekalipun. Seorang pendidik seharusnya tidak memaksakan seorang anak untuk bisa memahami materi ajar yang kita berikan dengan tingkat pemahaman yang sama dengan anak yang lain.
Dengan memahami kodrat serta karakter anak, seorang guru diharapkan bisa menerapkan pembelajaran yang menghamba pada anak. Artinya guru memprioritaskan kepentingan dan kebutuhan anak yang berbeda-beda. Dalam memberikan materi ajar, tidak semua anak bisa menerimanya hanya dengan metode ceramah saja. Ada beberapa anak yang bisa dengan mudah menerima materi ajar berupa visual. Ada juga anak yang bisa dengan mudah menerima materi ajar dengan praktek langsung. Sebagai pendidik, kita harus bisa mengakomodir semua kebutuhan anak dalam belajar. Dalam pemberian tugaspun, tidak semua anak bisa menyelesaikan tugas dangan baik dan menyenangkan hanya dalam satu cara. Ada anak yang senang sekali menggambar, ada juga yang senang sekali berpuisi, atau bahkan senang sekali berbicara. Seorang pendidik sudah sepatutnya memberikan kebebasan kepada anak untuk menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai dengan bakat dan minatnya.
Semoga melalui karikatur filososfi pendidikan Ki Hajara Dewantara ini, bisa menginisiasi dan menumbuhkan kesadaran kita tentang kodrat dan karakteristirk anak.


Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka di SDN Menteng 01

 


1. Latar Belakang

Di tahun ajaran baru 2022/2023 SDN Menteng 01 bisa dipastikan akan menerapkan kurikulum baru, yakni kurikulum merdeka. Ada beberapa keresahan dan kekhawatiran yang dirasakan guru. hal ini bisa dimaklumi, karena kurikulum merdeka merupakan hal yang baru dan banyak diantara guru yang masih kurang paham tentang kurikulum merdeka.

Berawal dari keresahan dan kekhawatiran terhadap implementasi kurikulum merdeka tersebut, bisa dianalisis kebutuhan guru. Kebutuhan yang pertama adalah kebutuhan akan pemahaman yang mendalam tentang implementasi kurikulum merdeka. Namun, pemahaman saja masih belum cukup, dibutuhkan adanya penguatan terhadap pemahaman guru terkait implementasi kurikulum merdeka.

Dari analisis kebutuhan tersebut, bisa disusun langkah solusi yang bisa mengakomodir semua kebutuhan tersebut. Untuk memberikan pemahaman yang mendalam kepada guru tentang implementasi kurikulum merdeka, perlu diadakan kegiatan workshop. Dan untuk menguatkan pemahaman mereka, perlu diadakan pendampingan.

2. Kegiatan Workshop

Sebelum pelaksanaan workshop, perlu dibentuk tim panitia. Hal ini bertujuan untuk kelancaran acara sehingga tujuan workshop bisa tercapai, yaitu untuk memberikan pemahaman yang mendalam kepada guru tentang implementasi kurikulum merdeka dalam pembelajaran. Dan dengan diawali doa bersama, Alhamdulillah kegiatan yang diselenggarakan selama dua hari tersebut bisa berjalan dengan lancar. Sebagai tindakan penguatan, guru-guru berkolaborasi dengan teman sejawat di luar sekolah yang telah mengimplementasikan kurikulum merdeka lebih dulu.

3. Penutup

Dengan upaya pemahaman yang maksimal, berkolaborasi dengan komunitas lain, serta diiringi doa yang tulus, semoga Allah meridhoi dan memberkahi penerapan kurikulum merdeka dalam pembelajaran kita sehingga bisa mencetak insan-insan pelajar pancasila yang dengan skill teknologi tinggi namun tetap mempertahankan budaya bangsa.

Kamis, 02 Juni 2022

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

 Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1

 Ucu Solehudin - CGP Angkatan 5 DKI Jakarta

Pendahuluan   

 Dunia pendidikan akhir-akhir ini dihadapkan dengan tantangan baru yakni bagaimana menghadapi revolusi percepatan teknologi. Hal ini tentu tidak hanya memiliki sisi positif saja namun juga negatif. Sisi positifnya anak bisa dengan mudah mengakses pembelajaran dimanapun dan kapanpun. Namun dampaknya interaksi dengan guru sangat kurang. Sehingga anak tidak terkontrol perilaku dan sikapnya. Keadaan ini diperburuk lagi dengan kondisi guru yang hanya menerapkan model pembelajaran yang monoton, semaunya sendiri yang penting materi tersampaikan, tanpa melihat kondisi siswa. Pada kodisi dunia pendidikan seperti sekarang, sudah saatnya para pendidik memahami, mendalami, serta menerapkan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Ringkasan Filosofi Ki Hajar Dewantara  

 Secara garis besar, pemikiran Ki Hajar Dewantara mengandung dua poin utama, yakni: Pendidikan dan Perubahan. Ki Hajar Dewantara memaknai pendidikan sebagai tuntunan persemaian benih-benih kebudayaan, dalam arti menuntun tumbuh kembangnya anak sesuai kodrat yang dimilikinya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sejatinya anak memiliki kodrat masing-masing yang berbeda satu sama lain bahkan kembar identik sekalipun.

    Inti dari filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah perubahan. Dalam melakukan perubahan, para pendidik seyogianya harus berpedoman pada kerangka perubahan yang telah digagas Ki Hajar Dewantara, diantaranya:

1. Kodrat keadaan: 

Kodrat keadaan terbagi menjadi dua bagian, kodrat alam dan kodrat zaman. Dalam melakukan perubahan, para pendidik harus mempertimbangkan kodrat alam, yakni hal yang terkait dengan alam dan lingkungan anak. anak yang berada di alam pegunungan akan berbeda kondidinya dengan anak yang berada dilingkungan pesisir pantai atau perkotaan. Selain itu, para pendidik harus mempertimbangkan pula kodrat zaman, yakni hal yanag terkait dengan perubahan zaman. Dalam arti tantangan yang dihadapi di tahun sebelumnya pasti akan berbeda dengan tantangan di masa kini.

 2. Prinsip perubahan

Dalam melakukan perubahan, terdapat prinsip perubahan yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara, yang lebih dikenal dengan konsep trikon, yaitu: 

- Kontinuitas: Bahwa dalam melakukan perubahan harus mengingat sejarah secara terus menerus. Maju melangkah ke depan tidak berarti melupakan sejarah.

- Konvergensi: Bahwa perubahan harus menuju satu titik yang bisa memperkuat nila-nilai kemanusiaan. Ini artinya pendidikan harus bisa memperkuat nilai-nilai kemanusiaan.

- Konsentris: Bahwa perubahan harus menghargai keberagaman. Ki Hajar Dewantara menganalogikan pendidik sebagai petani yang menanam berbagai tanaman. Setiap tanaman sudah tentu memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Begitupun dengan anak-anak, mereka memiliki kodrat dan keunikan yang berbeda.

3. Apa yang berubah

Perubahan yang diharapkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah Budi Pekerti. Budi artinya cipta, rasa, karsa. Dan pekerti artinya tenaga atau raga. Dalam melakukan perubahan, pendidik harus memperhatikan keseimbangan mngolah budi pekerti. Olah cipta artinya menajamkan pikiran, olah rasa artinya menghaluskan perasaan, olah karsa artinya menguatkan kemauan, dan olah raga artinya menyehatkan jasmani. Dengan adanya kesimbangan budi pekerti dalam pendidikan anak, diharapkan anak akan menuju pada kebijaksanaan, sehingga bisa mewujudkan profil pelajar pancasila.


Refleksi Filosofi Ki Hajar Dewantara

    Jauh sebelum mengikuti program pendidikan guru penggerak, ketika mengajar di kelas, saya selalu menekankan ke anak untuk bisa mengerjakan soal-soal latihan setelah proses pemberian materi ajar diberikan. Hal ini tujuannya untuk mengetahui pemahaman anak. Setelah bisa mengikuti program pendidikan calon guru penggerak, saya menyadari bahwa hal itu sangatlah keliru. Hal itu sangatlah bertentangan dengan keunikan dan kodrat anak yang berbeda-beda. Anak tentu memiliki ketertarikan yang berbeda dalam berekspresi dan mengungkapkan ide. Ada yang lebih tertarik dengan menggambar sesuatu, ada yang senang menulis huruf-huruf, bahkan ada yang senang berbicara. Dengan menyadari hal tersebut, alangkah baiknya apabila untuk mengetahui pemahaman anak, mereka diberikan kebebasan berekspresi ketika melakukan tugasnya, bisa melalui gambar yang dibuat mereka, bisa dengan membuat narasi dengan bahasa mereka, bisa pula dengan berbicara langsung di depan kelas.

 

Implementasi Filososfi Ki Hajar Dewantara

Proses pembelajaran anak di kelas yang mengaplikasikan filosofi Ki Hajar Dewantara adalah dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan minatnya. Seperti yang telah dilakukan oleh penulis, setelah pemberian materi belajar, anak diberikan tugas untuk menjelaskan kembali materi tentang this is/these are/that is/those are. Mereka diberikan kebebasan menyelesaikannya dengan menggambar, menuliskan kalimat, bahkan berbicara langsung di depan kelas.

 

 

  
                                                     
Gb. Anak memilih berekspresi dengan menggambar
 
 

 

                                   Gb. Anak berekspresi dengan menuliskan kalimat

 

                                 Video anak berekspresi melalui berbicara langsung

Ketika ada anak yang kesulitan menyelesaikan tugasnya, diberikan pendampingan. Hal inilah makna dari menuntun anak. Seperti terlihat pada gambar berikut.

                                     Gb. Anak mendapatkan pendampingan

                                                    

    Seyogianya pendidik dalam memberikan pembelajaran harus berpusat pada murid, artinya anak diberikan kebebasan memilih dalam berekspresi hanya perlu tuntunan dari seorang pendidik bagaimana bentuk ekspresi mereka dilakukan.

    Besar harapan penulis, program merdeka belajar bisa sukses terlaksana, menuju kemajuan pendidikan Indonesia, demi terciptanya peradaban manusia yang lebih baik.